" Banner "

Free Website Hosting

Minggu, 21 Februari 2010

" Pentacostal. " (Bag.1)

Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya orang Yahudi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (Im 23:4-21). Itu sebabnya pada hari Pentakosta kita melihat mengapa banyak orang hadir di Yerusalem. Pentakosta adalah hari ke-50 sesudah Paskah dan juga disebut hari genap 7 Minggu (Im 23:15). Pada hari ini roti yang pertama yang dibuat dari gandum hasil panen baru harus dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban. Lalu apa hubungannya dengan janji Bapa? Disini Roh Kudus menuai hasil pekerjaan Kristus, menggunakannya serta menghidupkannya dalam hati manusia. Roh Kudus datang sebagaimana ditetapkan oleh Bapa. Sepuluh hari lamanya para murid berkumpul setelah kenaikan Tuhan Yesus di tempat yang telah diberitahukan oleh Tuhan Yesus untuk menunggu janji Bapa. Pada hari kelima puluh itulah Roh Kudus dicurahkan. 
Roh Kudus dicurahkan memakai simbol yang kelihatan dan kedengaran. Simbol tersebut jangan kita artikan atau samakan dengan pencurahan Roh Kudus itu sendiri. Tanda atau simbol ini hanya memberikan gambaran peristiwa. Tanda atau simbol dari pencurahan Roh Kudus ini ada dua yaitu Pertama, bunyi seperti tiupan angin yang keras. Angin disini adalah gambaran dari keilahian dan seringkali digunakan untuk menggambarkan kuasa dan kehadiran Allah, yang mana kuasa dari anugerah Allah tersebut tidak dapat ditolak. Seperti angin, Allah tidak bisa dikontrol oleh manusia, Ia berdaulat, berkuasa dan tidak dapat ditolak dalam semua pekerjaannya. Demikian juga yang kedua yaitu api. Api juga melambangkan kehadiran Allah di tengah umatNya. Misalnya dengan Musa, Allah menyatakan diri dalam semak yang menyala (Kel 3:1-6). Demikian juga simbol kehadiran Allah dengan umat Israel adalah tiang api (Kel 13:21-22). Perlu kita perhatikan, api di dalam peristiwa Pantekosta disini dinyatakan dalam bentuk lidah. Lidah api disini menunjuk pada hal berbicara dan bersaksi sebagai tugas para murid.
Akibat dari kehadiran Roh Kudus kita melihat mereka dipenuhi dengan Roh Kudus. Dipenuhi dengan Roh berarti dikontrol olehNya (Ef 5:18-20). Di samping dipenuhi dengan Roh Kudus para murid juga mulai berbicara dengan bahasa-bahasa lain. Karunia bahasa lidah disini merupakan kemampuan untuk berbicara suatu bahasa tanpa dipelajari terlebih dahulu (Kis 2:6-11). Kata yang diterjemahkan ‘bahasa-bahasa lain’ (ayat 4) sama dengan kata yang dipakai pada ayat 3 untuk menyatakan gejala api yang nampak di atas masing-masing kepala yaitu lidah. Jadi ayat 4 dapat diterjemahkan, ‘mereka mulai berbicara dengan lidah lain sebagaimana yang diberikan Roh kepada mereka untuk berkata-kata.